Selasa, 11 Juni 2013

Cerpen Pelangi di Pagi Senja

Pelangi di Pagi Senja

Aku membuka mataku, ketika sang surya sudah menghangati bumi. Burung-burungpun sudah bernyanyi diatas pohon-pohon rindang yang berada disekitar rumahku. Pagi yang cerah ini telah menyambut hari-hariku dengan rasa senang. Kemudian aku membuka jendela yang ada dikamarku untuk menghirup udara segar dipagi hari.
“ Subhanallah, sungguh pagi hari yang sangat indah, Engkau Maha Agung dan Engkau Maha Besar ya Illahi Rabi “ kataku sambil menikmati udara yang sejuk.
Aku mendengar ada seseorang yang datang menuju kamarku, ternyata bunda yang datang menghampiriku.
“ Via, kamu tidak segera mandi,nak? Kan, hari ini kamu masuk sekolah, sayang?” kata Bunda sambil menghalus-halus rambutku yang panjang.
“ Iya sebentar lagi bun” kataku sambil menikmati udara segar.
“ Ya, sudah bunda tunggu sama ayah dan kak Febby diruang makan ya? Via segera mandi, nanti sekolahnya terlambat, lho?” kata bunda sambil tersenyum.
“ Okey, bundaku yang cantik, Via segera mandi kok” kataku sambil menggoda bunda.
Aku pun segera menuju ke kamar mandi, setelah selesai mandi aku bergegas untuk memakai seragam sekolah.  Setelah selesai berdandan, aku pun segera menuruni anak tangga menuju ruang makan untuk sarapan pagi bersama ayah, bunda dan kak Febby.
“ Selamat pagi ayah, bunda dan kakakku yang bawel “ kataku sambil menjahili kak Febby.
“ Selamat pagi juga, sayang” kata ayah dan bunda.
“ Ihh... Via apaan sih, orang cantik begini masa dibilang bawel” kata kak Febby protes.
“ What cantik? Darimana kak Febby cantik, perasaan cantik Via deh” celetuk Via.
“ Hahaha, bercanda aja Via jangan dimasukkin hati dong, adikku yang cantik” kata kak Febby dengan lembut.
“ Nggak kok kak, Via juga bercanda, hehehe” kataku dengan tersenyum.
“ Sudah-sudah mendingan segera sarapan, ntar sekolah kalian bisa terlambat nanti” kata Bunda dengan bijak.
“ Iya bunnn...” kataku dan kak Febby bersamaan.
Selesai sarapan aku dan kak Febby segera berangkat ke sekolah, sebelum berangkat aku berpamitan dengan ayah dan bunda. Aku dan kak Febby berangkat dengan mengendarai sepeda motor. Aku Sivia Azizah sekolah di SMA Global Islamic Jakarta dan duduk dibangku kelas X.6. Kak Febby sekolah di SMA Global Islamic Jakarta dan duduk dibangku kelas XII IPA 1.
Sesampai disekolah, aku pun menuju ruang kelasku yaitu tepatnya dikelas X.6. Diruang kelas teman-temanku sudah banyak yang masuk termasuk sahabatku yang bernama Alyssa Saufika Umari yang sangat rajin masuk lebih awal sudah menunggu diriku dikelas.
“ Alhamdulillah aku tidak terlambat masuk kelas” kataku dalam hati.
“ Hai Via, tumben nih kamu berangkat pagi” kata Ify sahabatku itu.
“ Yahhh... kamu Fy... jangan ngejek aku gitu, dong?” kataku dengan wajah lesu.
“ Hahaha nggak kok Via cantik, kan aku cuma tanya” kata Ify dengan senyum manisnya.
“ Iya nih Fy, soalnya tadi aku bangun pagi. So, aku tidak terlambat masuk sekolah” jawab Via.
“ ohh gitu... sudah mengerjakan PR Fisika apa belum Vi? Tanya Ify.
“ Sudah dong fy, tadi malam aku kan belajar...” jawab Via
“ Ajarin aku dong Vi, soal Fisika yang no. 3?” kata Ify
“ Ohh yang ini, ini mudah kok Fy hasilnya 93 jawabannya C” jawab Via.
“ Terus caranya gimana?” tanya Ify.
“ Nih, liat buku tugas fisikaku kalau kurang jelas ntar tak jelasin, deh” Jawab Via.
“ Iya, terima kasih Via” kata Ify dengan tersenyum.
“ Sama-sama, Ify” jawab Sivia.
Bel masuk sekolah pun berbunyi, dan pelajaran jam pertama segera dimulai. Murid-murid segera masuk kelas untuk menerima pelajaran. Jam Pertama dikelasku adalah mata pelajaran bahasa Inggris. Mr. Yuli sudah memasuki ruang kelas. Sebelum pelajaran, semua murid berdo’a terlebih dahulu sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Setelah berdo’a pelajaran pun, segera dimulai.
Dua jam pelajaran bahasa Inggris telah usai, kemudian dilanjutkan dengan pelajaran bahasa Indonesia. Pak YB sudah berjalan menuju ruang kelas X.6. Siswa kelas X.6 segera menyiapkan buku pelajaran bahasa Indonesia. Kali ini, Pak YB menjelaskan tentang cara membuat cerpen. Aku pun senang dengan pelajaran bahasa Indonesia, apalagi mendapat tugas membuat cerpen. Karena, aku bercita-cita ingin menjadi seorang penulis novel/cerpen yang terkenal.
Beberapa jam kemudian pelajaran bahasa Indonesia pun telah usai, kini saatnya murid-murid untuk beristirahat sekitar 15 menit. Teman-temanku ada yang pergi ke kantin, ada yang berada didalam kelas, ada yang ke perpustakaan dan lain-lain.
“ Fy, kamu nggak ke kantin?” tanya Via.
“ Nggak ah vi, aku lagi males ke kantin” jawab Ify singkat.
“ Ohh... ya sudah aku juga nggak ke kantin” kata Via.
“ Ini Vi roti bakar buatan mamaku” kata Ify sambil memberi roti ke Via
“ Aku ambil satu ya, hmmm... enak banget Fy roti bakarnya” puji Via.
“ Haha bisa aja kamu Vi, perasaan roti bakar rasanya ya begitu saja” sahut Ify.
“ Nggak kok, kali ini rotinya cukup enak” sahut Via.
“ Terima kasih Via” ucap Ify.
Tak terasa bel masuk sudah berbunyi, kini saatnya murid-murid menerima pelajaran jam ke 5 dan ke 6. Kali ini kelas X.6 mendapat pelajaran Fisika, dan siswa X.6 segera menuju ruang Lab. Fisika.
“ Ya, tugas Fisika segera dikumpulkan” kata Bu Kristina.
“ Baik, bu” jawab siswa X.6 dengan kompak.
Hari ini pelajaran fisika sangat sulit bagiku. Aku kurang begitu paham dengan materi yang diterangkan sama bu Kristina. Begitu juga dengan teman-temanku, mereka juga bingung dengan memahami materi fisikanya.
Kemudian pelajaran Fisika telah usai, kini waktunya pulang yang sangat dinanti-nantikan oleh semua murid. Sebelum pulang, kami berdo’a kepada Tuhan terlebih dahulu agar diberi keselamatan saat perjalanan. Setelah berdo’a, kemudian kami pulang kerumah masing-masing.
“ Fy, kamu pulang naik apa?” tanya Via.
“ Aku pulang naik angkot, Vi” jawab Ify.
“ Ohh... kalau gitu aku duluan ya Fy, soalnya udah ditunggu sama kak Febby, nih “ kata Via
“ Iya, hati-hati Vi dijalan” sahut Ify.
“ Kamu juga, Fy. Bye... Mata Ashita “ kata Via.
“ Mata Ashita, Via-san” kata Ify.
Aku segera menuju ke tempat parkir karena kak Febby sudah menungguku disana.Kami pun segera pulang karena hari ini kami tidak ada ekstrakurikuler. Sampai dirumah, bunda menyambut aku dan kak Febby.
“ Wah, anak bunda yang cantik-cantik sudah pulang” kata Bunda.
“ Iya, bun” kami menjawab dengan kompak.
“ Segera ganti baju ya sayang dan jangan lupa salat zuhur terus nanti makan siang” kata Bunda
“ Siap, bun... “ kami menjawab dengan kompak.
Aku segera menuju kamarku untuk ganti baju dan segera melaksanakan salat zuhur karena waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB. Setelah selesai salat, aku makan siang bersama kak Febby. Setelah itu, aku tidur siang.
Pukul 16.00 WIB, aku ada kegiatan Les Bahasa Inggris di rumah Bu Yuli. Aku pun segera mandi untuk mengikuti les bahasa Inggris. Setelah selesai, aku segera berangkat. Sebelum berangkat aku berpamitan dengan bunda.
“ Bun, Via berangkat les dulu ya?” kata Via
“ Hati-hati dijalan Via, jangan lupa memakai helm dan jangan kebut-kebutan dijalan raya” kata Bunda.
“ Iya, bun terima kasih Via sudah diingatkan, kalau gitu Via pamit dulu. Assalamu’alaikum” kata Via.
“Wa’alaikumsalam” jawab Bunda.
Aku sampai dirumah Bu Yuli pukul 16.20 WIB. Dirumah bu Yuli masih sepi, yang datang baru aku. Bu Yuli kemudian keluar menghampiriku.
“ Eh, nak Via sudah datang” kata bu Yuli.
“ Iya, bu kok masih sepi ya?” tanya Via.
“ Iya Via, bu Yuli juga tidak tahu, padahal tadi bu Yuli sudah sms teman-teman kamu kalau hari ini Les bahasa Inggrisnya masuk” kata bu Yuli.
“ Ntar,  kalau tidak ada yang masuk, gimana, bu?” tanya Via.
“ Iya tetap nanti kamu saya bimbing dan tak kasih materi bahasa Inggris” jawab bu Yuli.
Sudah pukul 16.30 WIB teman-teman lesku belum juga datang. Aku pun sendirian yang masuk les.
“ Ya sudah Via, lesnya kita mulai ya? Sebelum belajar, berdo’a terlebih dahulu” kata Bu Yuli.
Hari ini les bahasa Inggrisnya sangat nyaman, karena aku mudah lebih paham dengan materi yang disampaikan oleh Bu Yuli. Karena suasananya sangat sepi, membuat aku mudah menerima materinya. Tidak seperti biasanya, aku sulit untuk menerima materi bahasa Inggris dari bu Yuli. Sudah 1 jam Bu Yuli memberi materi les bahasa Inggris, kini saatnya pulang bagiku. Aku sampai dirumah saat azan magrib berkumandang. Aku segera mengambil air wudlu untuk melaksanakan salat berjamaah dengan ayah,bunda dan kak Febby. Setelah selesai salat magrib kami makan malam bersama, setelah itu aku dan kak Febby baru belajar.
Selesai belajar, aku membuka laptop kesayanganku dan mengambil modem dialmari untuk browsing dan internetan sebentar. Aku mencoba membuka akun facebook dan twitterku. Ketika aku membuka akun twitter, aku membaca sebuah status “ Apakah aku akan sembuh dengan kondisiku yang seperti ini? Apakah aku harus meninggalkan daerah yang aku tempati ini”.
“Status tersebut membuat aku shock, kenapa sahabatku menulis kata-kata seperti itu?” tanya diriku dengan kebingungan.
“Apa yang terjadi dengan sahabatku?” diriku semakin bertanya-tanya yang tidak jelas.
Aku sungguh bingung dengan status sahabatku itu, aku sangat khawatir dengan Ify sahabatku. Semoga saja Ify baik-baik saja. Aku berharap besok tidak terjadi apa-apa. Aku ingin menanyakan sesuatu kepada Ify, apa yang terjadi dengan dirinya.
Keesokan harinya, pagi yang nampak cerah kini berubah menjadi mendung. Awanpun tak terlihat cerah seperti biasanya. Aku memulai aktivitas dengan penuh semangat. Tak kusangka, pagi ini adalah pagi hari yang sangat membuat diriku menjadi terpuruk. Aku mendengar dari salah satu temanku bahwa sahabatku Ify Alyssa akan pindah sekolah. Aku begitu kaget mendengar berita itu.
Aku tak percaya bahwa sahabat yang selama ini yang selalu ada buat aku, kini akan meninggalkan diriku untuk waktu yang lama. Ternyata dugaanku tadi malam ada benarnya. Ify menulis status ditwitternya seperti itu. Mungkin, hari ini adalah hari terakhir ia masuk sekolah. Tak seperti biasanya, Ify belum datang kesekolah. Beberapa saat kemudian, Ify masuk ke kelas. Aku langsung menanyainya dirinya.
“ Pagi Ify” sapaku.
“Pagi juga Via” jawab Ify singkat.
“ Fy, aku mau tanya sesuatu nih, boleh apa tidak ya?” kataku dengan sedih.
“ Tentunya boleh dong Vi, apa sih yang nggak boleh buat kamu” canda Ify.
“ Apa benar Fy, kamu mau pindah sekolah ya?” tanya Va.
Ify pun termenung ia bingung mau menjawab apa kepada Via. Tak sadar bahwa dirinya meneteskan air mata dipipinya. Aku menjadi sedih melihat Ify menangis. Aku baru kali ini melihat sahabatku yang dulu tegar tapi kenapa sekarang Ify menjadi lemah.
“ Fy, apa yang terjadi dengan kamu? Kenapa kamu menangis? Ma’afin aku Fy, aku tidak bermaksud membuat kamu sedih” kataku kepada Ify.
“ Iya Vi, yang kamu tanyakan tadi benar aku akan pindah sekolah dan kamu tidak salah kok, Vi” jawab Ify dengan wajah sedih.
“ Emang kenapa kamu pindah sekolah?” tanya Via.
“ Aku mengidap penyakit kanker tulang Vi, kini usiaku sudah tidak lama lagi, aku putuskan untuk pindah ke Bandung dan melakukan terapai disana” kata Ify menangis.
“ Astaghfirullah, kenapa selama ini kamu tidak pernah bercerita kepadaku Fy? Aku sudah mengnganggap kamu seperti saudaraku sendiri” kata Via dengan suara isaknya.
“ Ma’afkan aku Via, aku tidak pernah menceritakan masalah ini kepada siapapun yang tahu hanyalah keduaorang tuaku” kata Ify.
“ Aku akan selalu ada untukmu Fy, jika kamu butuh aku. Tetap semangat Ify dalam menjalani hidup ini, jangan pernah menyerah untuk melawan penyakitmu ini” kata Via.
“ Terimakasih Via, kamu adalah sahabat terbaikku yang selalu ada buatku dan terus semangatin aku. Aku akan selalu mengingat kamu aku tak ingin melupakanmu Via” kata Ify.
“ Aku juga tak akan pernah melupakanmu Ify” kata Via dengan memeluk Ify.


Asal Usul Desa Sluke - Rembang Jawa Tengah

Asal Usul Desa Sluke
Desa Sluke punika dipunpendhet saking julukan asma tiyang estri ingkang kemanggen ing dusun punika. Tiyang estri punika asmanipun Putri Sarijati. Putri Sarijati rawuh ing dusun punika kaliyan para pengikut-pengikutipun kangge nyebaraken agami Islam. Nalika Putri Sarijati kaliyan para pengikutipun ngantos dumugi desa punika, sampun manjing wekdal salat. Putri Sarijati kaliyan para pengikutipun badhe nglampahaki wekdal salat. Nanging piyambakipun boten kepanggih toyo wonten mrika. Lajeng Putri Sarijati punika nancepaken pedhangipun wonten lemah. Selajengipun toyo medal kanthi lanvar ugi sakmenika dipunparingi asma Sumur Gedhe. Selajengipun, Putri Sarijati kaliyan para pengikutipun diwiwiti wudlu ugi langsung nglampahi salat wonten masjid ingkang sakmenika dipunparingi asma Masjid Elor / Masjid Tiban.
Salajengipun, Putri Sarijati mangertosi para penduduk ingkang manggen ing desa punika, piyambakipun nyuwun izin kaliyan warga desa punika kangge mbangun setunggalipun griya kangge manggen piyambakipun kaliyan pengikutipun.  Ing desa punika, Putri Sarijati pikantuk julukan, inggih punika Putri Suluk, ingkang dados dasar nami desa punika. Julukan punika dipunsebabaken amargi kebiasaan Putri Sarijati ingkang remen ngresuluk. Ngresuluk punika asal saking basa jawi ingkang artosipun setunggalipun kegiatan ingkang dipunsebut munajat dhateng Allah SWT.
Saksampunipun dangu nglampahi pagesangan lan nyebaraken agama di desa punika, selajengipun dumugi para anggota saking Kerajaan Majapahit kangge nyebaraken agami Hindu. Kedadosan punika boten dipunremeni kaliyan Putri Sarijati, mila piyambakipun gadhah maksud ngasuraken musuhipun. Nanging boten disadari, salah setunggalipun putra saking Raja Kerajaan Majapahit punika tresna dhateng Putri Sarijati, amargi remen kaliyan kecantikanipun ugi kesaenan Putri Sarijati. Pangeran punika gadhah maksud melamar piyambakipun. Putri Sarijati menolak, amargi alasanipun benten agami.
Pangeran punika malah duka ugi ngawontenaken perang kaliyan kerajaan ingakang dipunpimpin Putri Sarijati. Kangge jawab tantangan perang punika, dipunwontenaken tradhisi nabuh gong ingkang dipunlampahi dhateng kakak Putri Sarijati ingkang dados panglima perang punika. Saumpami gong gadhahipun kerajaan Putri Sarijati ditabuh medalaken swanten, mila peperangan punika dipuntampi, amargi piyambakipun badhe menang.
Nanging, saumpami gong punika bonten nyuwanten, mila boten ditampi, amargi piyambakipun badhe kalah. Salajengipun gong punika ditabuh, lajeng boten medalaken swanten. Kakak Putri Sarijati ugi merintah Putri Sarijati kangge nolak perang punika. Sang Putri boten kersa. Piyambakipun semangat kanggetetep nglampahi peperangan. Kaliyan nyamar dados tiyang jaler supados boten dipunngertosi identitas piyambakipun, Putri Sarijati ugi mimpin peperangan punika.
Let wekdal, salajengipun, kados dugaan awal kakakipun, Putri Sarijati kawon dhateng perang punika. Piyambakipun kasil dipunpejahi kaliyan Pangeran Majapahit ugi nunjepaken pedhang wonten padharanipun Putri Sarijati. Sakderingipun piyambakipun seda, Putri Sarijati sempet mlajeng. Getih saking padharan Putri Sarijati netes wonten ing margi. Tetesanipun getih medalaken ganda wangi, sehingga dhaerah punika dipunparingi asma Mbarwangen. Putri Sarijati lajeng mlajeng. Ngantos pungkasanipun, piyambakipun boten kiyat malih ugi seda wonten sebelah lepen.
Hal punika nyebabaken rikma palsu ingkang dipunginaaken Putri Sarijati kangge nyamar coplok. Sang Pangeran ingkang saking wau ndhereaken, akhiripun priksa dhateng tiyang ingkang dipunpejahi inggih punika tiyangingkang dipuntresnani. Sang Pangeran punika langsung ngambungi Putri Sarijati wonten sebelah lepen. Mila punika lepen dipunparingi asma Kali Sengok.
Dhudutan cerita, desa ingkang dados panggenan Putri Sarijati, ingkang saat punika dados dhaerah panggenan kula piyambak, dipunparingi asma Desa Sluke, amargi dipunpendhet saking julukan Putri Sarijati inggih punika Putri Suluk.