Selasa, 02 Juli 2013
Recount Text About Holiday
Holiday in
Solo-Yogyakarta
When I was second grade of Junior
High School, my friends and I went to Solo – Yogya. We were for two days, I had
many impressive experiences during the vacation.
First day, we visited in business
Batik Keris Solo in the mid day. We saw many laborer that was batik working.
Then, we observed about the method made Batik Stamp. After finished the
observed, we directly continued the journey in to restaurant for having lunch.
Next, we ate togather in this restaunt. After that, we checked in the Hotel.
After prepared our selves, we went to Prambanan Temple ( Roro Jonggrang
Temple). We met so many other tourist there. They were not only domestic
tourist but also foreign tourist.
Second day , we enjoyed the day on
Gembira Loka Zoo. We also see many unique animals. They were elephant, turtles,
snakes, camel, giraffe, tiger, many birds and soon. We were very happy . In the
afternoon, we went to Taman Pintar. We saw many photo President and Vice
President RI started photo President Soekarno until President Susilo Bambang
Yudhoyono. My friends and I enjoyed in 4 dimension. After that, we spent our
time in museum Yogya Kembali. In there, we observed many kind about history.
Then, we went to Malioboro market for shopping. That was my lovely time. I
bought some T-shirt and many souvenirs.
In the evening, we had ti check out
from the hotel. We went back home bringing so many amazing memories of
Solo-Yogyakarta. My friends and I very happy in this journey.
Sejarah Sunan Bonang Singkat
1.
BRAHMANA DARI HINDIA
Agama
Islam yang menyebar luas di Tanah Jawa cukup menggemparkan masyarakat dari
belahan dunia lain. Termasuk para pendeta Brahmana dari India. Salah seorang
Brahmana bernama Sakyakirti merasa penasaran.
Maka
bersama beberapa orang muridnya ia berlayar menuju Pulau Jawa. Dibawahnya pula
kitab-kitab refrensi yang telah dipelajari untuk dipergunakan berdebat dengan
para penyebar Agama Islam di Tanah Jawa.
“Aku
Brahmana Sakyakirti akan menantang Sunan
Bonang untuk berdebat dan adu kesaktian ujar Brahmana itu sembari berdiri di
atas geladak di buritan kapal layar. Jika dia kalah maka akan kutebas batang
lehernya. Jika dia yang menang aku akan berlutut untuk mencium telapak kakinya.
Akan kuserahkan jiwa ragaku kepadanya.”
Murid-muridnya yang selalu berdiri dan
mengikutinya dari belakang menjadi saksi atas sumpah yang diucapkan di tengah
Samudra.
Namun
ketika kapal layar yang ditumpanginya sampai di perarian Tuban, mendadak laut yang tadinya tenang tiba-tiba bergolak
hebat. Angin dari segala penjuru seolah berkumpul jadi satu, menghantam air
laut sehingga menimbulkan badai setinggi bukit.
Dengan
kesaktiannya Brahmana Sakyakirti mencoba menggempur badai yang hendak menerjang
kapal layarnya. Satu dua kali hal itu dapat dilakukannya namun terjangan ombak
yang kelima kali membuat kapal layarnya langsung tenggelam ke dalam laut.
Dengan susah payah dia mencabut beberapa batang balok kayu untuk menyelamatkan
diri dan menolong beberapa orang muridnya agar jangan sampai tenggelam ke dasar
Samudra.
Walaupun
pada akhirnya ia dan para pengikutnya berhasil menyelamatkan diri, namun
kitab-kitab refrensi yang hendak dipergunakan untuk berdebat dengan sunan
Bonang telah tenggelam ke dasar laut.
Padahal
kitab-kitab itu didapatkannya dengan susah payah. Cara mempelajarinya pun tidak
mudah. Ia harus belajar bahasa Arab terlebih dahulu, pura-pura masuk Islam dan
menjadi murid ulama besar di negeri Gujarat. Kini, setelah sampai perairan Laut
Jawa, tiba-tiba kitab-kitab yang tebal itu hilang musnah di telan air laut.
Tapi
niatnya untuk mengadu ilmu dengan Sunan Bonang tak pernah surut. Ia dan
murid-muridnya telah terdampar ditepi pantai yang tak pernah dikenalnya. Ia
agak bingung, harus ke mana untu mencari Sunan Bonang.
Ia
menoleh ke sana ke mari. Mencari seseorang untuk dimintai petunjuk jalan. Namun
tak terlihat seorang pun di pantai itu.
Saat
hampir putus asa, tiba-tiba di kejauhan ia melihat seorang lelaki berjubah
putih sedang berjalan sembari membawa tongkat. Ia dan murid-muridnya segera
berlari menghampiri dan menghentikan lelaki itu. Lelaki berjubah putih itu
menghentikan langkah dan menancap-kan tongkatnya ke pasir.
“Kisanak,kami
datang dari India hendak mencari seorang ulama’ besar bernama Sunan Bonang.
Dapatkah Kisanak memberitahu di mana kami bias bertemu dengannya?” kata sang
Brahmana.
“Untuk
apa Tuan mencari Sunan Bonang?” Tanya lelaki itu.
“Akan
saya ajak berdebat tentang masalah keagamaan,”kata sang Brahmana.” Tapi sayang
kitab-kitab yang saya bawa telah tenggelam ke dasar laut. Meski demikian niat
saya tak pernah padam. Masih ada beberapa hal yang dapat saya ingat sebagai
bahan perdebatan.”
Tanpa
banyak bicara lelaki berjubah putih itu mencabut tongkatnya yang menancap di
pasir mendadak tersemburlah air dari
lubang bekas tongkat itu menancap, membawa keluar semua kitab yang dibawa sang
Brahmana.
“Itukah
kitab-kitab Tuan yang tenggelam ke dasar laut?” Tanya lelaki itu.Sang Brahmana
dan pengikutnya memeriksa kitab-kitab itu. Ternyata benar miliknya sendiri.
Berdebarlah hati sang Brahmana sembari menduga-duga siapa sebenarnya lelaki
berjubah putih itu.
Murid-murid
sang Brahmana yang sejak tadi sudah kehausan langsung saja menyerobot air
jernih yang memancar itu. Brahmana Sakyakirti memandangnya dengan rasa kuatir,
jangan-jangan muridnya itu akan segara mabok karena meminum air ditepi laut
yang pastilah banyak mengandung garam.
“Segar!Aduh segarnya!”seru murid-murid sang
Brahmana dengan girangnya. Yang lain segera berebutan untuk membasahi
tenggorokannya yang kering.
Brahmana
Sakyakirti tercenung. Bagaimana mungkin air di tepi pantai terasa segar. Ia
mencicipinya sedikit. Memang segar rasanya. Rasa herannya makin menjadi-jadi ,terlebih
jika berpikir tentang kemampuan lelaki berjubah putih itu dalam menciptakan
lubang air yang memancar, dan…mampu menghisap kitab-kitab yang telah tenggelam
ke dasar laut. Pastilah orang berjubah putih itu bukan orang sembarangan. Ia
sudah mengerahkan ilmunya untuk mendeteksi apakah semua itu hanya tipuan ilmu
sihir? Ternyata bukan! Bukan ilmu sihir, tapi kenyataan!
Seribu
Brahmana di India tak mampu melakukan hal ini! Piker sang Brahmana. Dengan rasa
was-was, takut dan gentar ia menatap wajah orang berjubah putih itu.
“Apakah
nama daerah tempat saya terdampar ini?” Tanya sang Brahmana dengan hati kebat
kebit. “Tuan berada di pantai Tuban!”jawab lelaki itu.Serta merta Brahmana dan
para pengikutnya menjatuhkan diri berlutut di hadapan lelaki itu. Mereka sudah
dapat menduga pastilah lelaki berjubah putih itu adalah Sunan Bonang sendiri.
“Bangunlah
untuk apa kau berlutut kepadaku?Bukankah suah kau ketahui dari kitab-kitab yang
kau pelajari bahwa sangat terlarang bersujud kepada sesame makhluk. Sujud hanya
pantas di persembahkan kepada Allah Yang Maha Agung!” kata lelaki berjubah
putih yang tak lain memang Sunan Bonang adanya.
“Ampun!
Ampunilah saya yang buta ini tak melihat tingginya gunung didepan mata,
ampunkan saya…!” rintih sang Brahmana “Lho? Bukankah kau ingin berdebat
denganku, juga mau mengadu kesakti-an?”tukas Sunan Bonang.
“Mana
saya berani melawan paduka, tentulah ombak badai yang menyerang kapal kami juga
ciptaan Paduka, kesaktian Paduka tak terukur tingginya. Ilmu Paduka tak terukur
dalamnya,”kata Brahmana Sakyakirti.
“Kau
salah, aku tidak mampu menciptakan ombak dan badai,”ujar Sunan Bonang.” Hanya
Allah yang mampu menciptakan dan menggerakkan seluruh makhluk. Allah melindungi
orang yang percaya dan mendekat kepada-Nya, dari segala macam bahaya dan niat
jahat seseorang!”
Sang
Brahmana merasa malu. Memang kedatangannya bermaksud jahat. Ingin membunuh
Sunan Bonang melalui adu kepandaian dan kesaktian.
Ternyata
niatnya tak kesampaian. Apa yang telah dibacanya dalam kitab-kitab yang telah
dipelajari terbukti. Bahwa barang siapa memusuhi para wali-Nya, maka Allah akan
mengumumkan perang kepadanya. Menantang Sunan Bonang sama saja dengan menantang
Tuhan yang mengasihi Sunan Bonag itu sendiri.
Ia
bergidik ngeri saat teringat bagaimana dirinya terombang-ambing diterjang ombak
badai berarti Tuhan sendiri yang telah memberinya pelajaran supaya mengurungkan
niatnya memusuhi Sunan Bonang. Ia percaya, jika niatnya dilaksanakan bukan
Sunan Bonang yang kalah atau mati tapi dia sendirilah yang bakal binasa.
Maka
sang Brahmana tidak jadi melaksanakan niatnya menantang Sunan Bonang untuk adu
kesaktian dan mendebat masalah keagamaan.
“Kanjeng
Sunan, sudilah menerima saya sebagai murid…”kata Brahmana itu.
“Jangan
tergesa-gesa,”ujar Sunan Bonang.”Kau harus mempelajari dan mengenal Islam lebih
banyak lagi, lebih lengkap lagi. Sebab apa yang kau pelajari hanya sebagian-sebagian
saja.Jika kau sudah memahami Islam secara keseluruhan maka kau boleh
pilih,tetap memeluk agama lama atau menerima Islam sebagai agamamu yang
terakhir.”
Sekali
lagi sang Brahmana merasa malu. Ternyata Sunan Bonang bersifat arif dan
bijaksana,tidak memaksakan kehendak walau sudah berada di atas angin. Seandainya Sunan Bonang
memperbolehkannya untuk berlutut dia akan bersujud dan menyembah sepasang
kakinya.
“Bawa
semua kitab-kitabmu, mari isinya kita bahas bersama-sama”kata Sunan Bonang
sembari melanjutkan langkahnya. Brahmana Sakyakirti dan murid-muridnya segera
mengumpulkan kitab-kitab yang tercecer lalu mengikuti langkah Sunan Bonang.
Pada
akhirnya ia dan murid-muridnya rela masuk Islam atas kesadarannya sendiri, dan
menjadi pengikutnya yang setia.
2. ASAL-USULNYA
Dari
berbagai sumber disebutkan bahwa Sunan Bonang itu nama aslinya adalah Syekh
Maulana makdum Ibrahim. Putra Sunan Ampel dan Dewi Condrowati yang sering
disebut Nyai Ageng Manila.
Ada
yang mengatakan Dewi Condrowati itu adalah putra Prabu Kertabumi. Dengan
demikian Raden Makdum adalah salah seorang Pangeran Majapahit karena ibunya
adalah putrid Raja Majapahit dan ayahnya adalah menantu Raja Majapahit.
Sebagai
seorang Wali yang disegani dan dianggap mufti atau pemimpin agama se Tanah
Jawa, tentu saja Sunan Ampel mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Sejak kecil,
Raden Makdum Ibrahim sudah diberi pelajaran agama Islam secara tekun dan
disiplin.
Sudah
bukan rahasia lagi bahwa latihan atau ridha para Wali itu lebih berat dari pada
orang awam. Raden Makdum Ibrahim adalah calon wali yang besar,maka Sunan Ampel
sejak dini juga memper-siapkan sebaik mungkin.
Disebutkan
dari berbagai literature bahwa Raden Makdum Ibrahim dan Raden Paku sewaktu
masih remaja meneruskan pelajaran agama Islam hingga ke Tanah seberang, yaitu
Negeri Pasi. Keduanya menambah pengetahuan kepada Syekh Awwalul Islam atau ayah
kandung dari Sunan Giri, juga belajar kepada para ulama besar yang banyak
menetap di negeri Pasai. Seperti ulama ahli tasawuf yang berasal dari
Bagdad,Mesir,Arab dan Persia atau Iran.
Sesudah
belajar di Negeri Pasai Raden Makdum Ibrahim dan Raden Paku pulang ke Jawa.
Raden Paku kembali ke Gresik, mendirikan pesantren di Giri sehingga terkenal
sebagai Sunan Giri.
Raden
Makdum Ibrahim diperintahkan Sunan Ampel untukberdakwah di daerah
Lasem,Rembang,Tuban,dan daerah Sempadan Surabaya.
3. BIJAK
DALAM BERDAKWAH
Dalam
berdakwah Raden Makdum Ibrahim ini sering mempergunakan kesenian rakyat untuk
menarik simpati mereka, yaitu berupa seperangkat gamelan yang disebut Bonang.
Bonang adalah sejenis kuningan yang ditonjolkan di bagian tengahnya. Bila
benjolah itu dipukul dengan kayu lunak maka timbullah suaranya yang merdu di
telinga penduduk setempat.
Lebih-lebih
bila Raden Makdum Ibrahim sendiri yang membunyi-kan alat musik itu, beliau adalah
seorang wali yang mempunyai cinta rasa seni yang tinggi, sehingga apabila
beliau bunyikan pengaruhnya sangat hebat bagi para pendengarnya.
Setiap
Raden Makdum Ibrahim membunyikan Bonang pasti banyak penduduk yang datang ingin
mendengarkannya. Dan tidak sedikit dari mereka yang ingin belajar membunyikan
Bonang sekaligus melagukan tembang-tembang ciptaan Raden Makdum Ibrahim.
Begitulah siasat Raden Makdum Ibrahim yang dijalankan penuh kesabaran. Setelah
rakyat berhasil direbut simpatinya tinggal mengisikan saja ajaran agama Islam
kepada mereka.
Tembang-tembang
yang diajarkan Raden Makdum Ibrahim adalah tembang yang berisikan ajaran agama
Islam. Sehingga tanpa terasa penduduk sudah ,empelajari agama Islam dengan
senang hati, bukan dengan paksaan.
Murid-murid
Raden Makdum Ibrahim ini sangat banyak, baik yang berada di Tuban,Lasem,Pulau
Bawean ,Jepara,Surabaya maupun Madura. Karena beliau sering mempergunakan
Bonang dalam berdakwah maka masyarakat memberinya gelar Sunan Bonang.
4. KARYA
SASTRA
Beliau
juga menciptakan karya sastra yang disebut suluk. Hingga sekarang karya sastra
Sunan Bonang itu dianggap sebagai karya yang sangat hebat penuh keindahan dan
makna kehidupan beragama. Suluk Sunan Bonang disimpan rapi di Perpustakaan
Universitas Leiden Belanda.
Suluk
berasal dari bahasa Arab”Salakattariiqa”artinya menempuh jalan (tasawwuf) atau
tarikat. Ilmunya sering disebut Ilmu Suluk. Ajaran yang biasa disampaikan
dengan sekar atau tembang disebut Suluk,sedangkan bila diungkapkan secara biasa
dalam bentuk prosa disebut Wirid.
Di
bawah ini adalah Suluk karya Sunan Bonang yang disebut Suluk Wragul.
Dhandanggula
Sunan Bonang
Wragul 1
Berang-berang,jika diteliti ini raga
Belum ketemu hakikatnya
Ada atau tidakkah ia
Sebenarnya aku ini siapa
Impian beraneka ragam
Kalau dipikirkan
Akhirnya menyedihkan
Yang mustahil banyak sekali
Segala wujud di semesta ini
Tak putus-putus sama sekali
Wragul 2
Maka dengarlah perlambang ini
Ada kera hitam sedang berdiri
Di tepi sungai
Tertawa keras tak kepalang
Kepada berang-berang yang mencari makan
Siang dan malam
Terus tanpa kesudahan
Tak ingat bahwa ia diciptakan Tuhan
Yang diingat hanya makanan
Tanpa mempedulikan
Bahaya mengancam
Wragul 3
Dilahapnya apa saja ia dapatkan
Tidaklah ia memperhatikan
Tuhan Yang Maha Agung yang menciptakan
Mustahil ia tak sanggup member makan
Dari kehidupan hingga kematian
Telah disesuaikan
Ulat dalam batu pun diberi santunan
Maka jangan hanya untuk mencari makan
5. KUBURNYA
ADA DUA
Sunan
Bonang sering berdakwah keliling hingga usia lanjut. Beliau meninggal dunia
pada saat berdakwah di Pulau Bawean.
Berita
segera disebar ke seluruh Tanah Jawa. Para murid berdatangan dari segala
penjuru untuk berduka cita dan memberikan penghormatan yang terakhir.
Murid-murid
yang berada di Pulau Bawean hendak memakamkan jenazah beliau di Pulau Bawean.
Tetapi murid-murid yang berasal dari Madura dan Surabaya menginginkan jenazah
beliau dimakamkan dekat ayahandanya yaitu Sunan Ampel di Surabaya. Dalam hal
memberikan kain kafan pembungkus jenazah mereka pun tak mau kalah. Jenazah yang
sudah dibungkus kain kafan milik orang Bawean masih di tambah lagi dengan kain
kafan orang Surabaya.
Pada
malam harinya, orang-orang Madura dan Surabaya menggunakan ilmu sirep untuk
membuat ngantuk orang-orang Bawean dan Tuban. Lalu mengangkut jenazah Sunan
Bonang ke dalam kapal dan hendak dibawa ke Surabaya. Karena tindakannya
tergesa-gesa,kain kafan jenazah itu tertinggal satu.
Kapal
layar segera bergerak kearah Surabaya. Tetapi ketika berada diperairan Tuban
tiba-tiba kapal yang digunakan mengangkut jenazahnya tidak bias bergerak,
sehingga terpaksa jenazah Sunan Bonang dimakamkan di Tuban yaitu di sebelah
barat masjid Jami’ Tuban.
Semaentara
kain kafan yang ditinggal di Bawean ternyata juga ada jenazahnya. Orang-orang
Bawean pun menguburkannya dengan penuh khidmat.
Dengan
demikian ada dua jenazah Sunan Bonang. Inilah karomah atau kelebihan yang
diberikan Allah kepada beliau.Dengan demikian tak ada permusuhan di antara
murid-muridnya.
Sunan
Bonang wafat pada tahun 1525. Makam yang dianggap asli adalah yang berada di
kota Tuban sehingga sampai sekarang makam itu banyak diziarahi orang dari
segala penjuru Tanah Air.
Pidato Perpisahan ( Bahasa Jawa )
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang ingkang kinurmatan,
Muspika Lasem ingkang kinurmatan, Ketua Komite SMP N 1 Lasem ingkang
kinurmatan, Kepala SMP N 1 Lasem ingkang kinurmatan, sedaya Bapak/Ibu wali
murid kelas 9 SMP N 1 Lasem ingkang kinurmatan, ingkang kula urmati Bapak/Ibu
Guru saha staf karyawan SMP N 1 Lasem ugi boten kesupen sedaya kanca-kanca
kelas 9 saha adhik-adhik kelas 7 ugi kelas 8 ingkang kula tresnani.
Kaping sepindhah sumangga sami sesarengan syukur dhumateng Gusti
Ingkang Maha Kuasa ingkang paring pinten kenikmatan dhateng kula tuwin
panjenengan sami sehingga kita saged makempal wonten adicara perpisahan murid
kelas 9 SMP N 1 Lasem kanthi sehat walafiat boten wonten alangan setunggal
punapa.
Kula matur nuwun sanget dhateng rawuhipun Bapak/Ibu tamu undangan
ingkang kersa nglodangaken wekdal ing adicara perpisahan kelas 9 menika.
Bapak Ibu Guru ingkang kinurmatan
Sepindhah kula matur nuwun sanget dhateng Bapak/Ibu Guru ingkang
sampun paring ilmu dhateng kula sakanca salami kirang langkung tigang warsa.
Bapak/Ibu Guru ingkang sampun maringi bimbingan ugi ginula wentah dhateng kula
sakanca kanthi sabar. Sehingga kula sakanca saged lulus ujian kanthi hasil
ingkang sae.
Bapak/Ibu Guru ingkang kula urmati, kula minangka sesulihipun murid
kelas 9 nyuwun pangapunten, mbok bilih kula sakanca selami dibimbing wonten
kalepatan ingkang menawi disengaja utawi boten disengaja dhateng Bapak Ibu Guru
kula nyuwun pangapunten ingkang kathah.
Saksampunipun kula lulus saking SMP N 1 Lasem tercinta niki, kula
sakanca nyuwun idi pangestu dhateng Bapak Ibu Guru. Kula sakanca badhe
nerasaken sekolah ingkang langkung inggil. Supados saged nggayuh cita-cita
ingkang sampun kula dambaaken.
Kangge adhik-adhik kelas 7 saha kelas 8, kula minangka sesulihipun kanca
kelas 9 nyuwun pangapunten dhateng adhik-adhik, selami kakak kelas 9 ngayahi
pasinaun wonten sekolah menika, mbok menawi
kula sakanca wonten kalepatan ingkang disengaja dhateng adhik-adhik,
kula sakanca nyuwun pangapunten ingkang kathah. Kula sakanca ugi donga’aken
adhik-adhik mugi-mugi anggenipun ngayahi pasinaun kanthi angsal hasil ingkang
sae, amin…
Mugi-mugi SMP N 1 Lasem tercinta niki dados sekolah RSBI ingkang sae
ugi berprestasi ngantos dumugi internasional. Ugi dados sekolah unggulan wonten
daerah Rembang.
Cekap semanten atur kula, mbok bilih wonten klenta-klentunipun atur
kawula dhateng penggalih panjenengan sami, kula nyuwun samudra pangaksami
Wabillahi taufik
walhidayah
Wassalamu’alikum
warahmatullahi wabarakatuh
Artikel dan Opinion tentang kebersihan
Kota Rembang Kumuh
Warga Rembang Menjadi Resah
Sebagian besar
penduduk yang tinggal disekitar pantai Rembang, banyak yang membuang sampah di
sembarang tempat, terutama dikawasan sekitar pantai. Hal tersebut, dikarenakan
kurangnya kesadaran warga Kawasan Bahari Terpadu ( KBT ) desa Tasik Agung –
Rembang. Dengan adanya tumpukan sampah yabg menggunung, banyak warga yang
merasa terganggu dengan bau tumpukan sampah yang menggunung tersebut. Padahal,
Sekda Rembang sudah menyarankan warga sekitar pantai untuk membersihkan dan
memelihara kebersihan lingkungan.
Masyarakat
kota Rembang kurang memiliki kesadaran untuk menciptakan lingkungan bersih,
indah dan nyaman dalam menangani sampah masih perlu arahan. Tumpukan sampah
yang menggunung dan berserakan disudut jalan menjadi kotor, kumuh dan
mengganggu lalu lintas jalan. Tumpukan sampah yang menggunung juga dapat
mendatangkan lalat dan bisa menimbulkan wabah penyakit. Warga yang sering
berkunjung di KBT sangat terganggu dengan adanya tumpukan sampah yang sampai
menggunung. Para petugas kebersihan untuk mengambil tumpukan sampah hanya
datang seminggu sekali. Warga kota Rembang diharapkan pemerintah ikut berperan
aktif dalam upaya menciptakan lingkungan bersih dan sehat. Kesadaran warga
sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan disaat
petugas sedang libur. Sehingga, warga dianjurkan membuang sampah pada tempatnya
agar lingkungan tidak terlihat jorok, kumuh dan berbau tidak sedap.
Keberadaan
tumpukan sampah yang menggunung membuat kesan kotor dan tampak kumuh.
Sampah-sampah yang berserakan disudut jalan juga mengganggu lalu lintas
pengguna jalan yang melewati daerah sekitar tumpukan sampah. Selain itu, sampah
yang menumpuk terlalu lama akan mendatangkan banyak lalat. Kondisi seperti ini
dikhawatirkan warga Rembang bisa menimbulkan wabah penyakit. Tumpukan sampah
yang menggunung juga menyebabkan bau
tidak sedap bagi masyarakat.
Sangat
mengganggu jika ada sampah yang menumpuk terlalu lama disekitar lingkungan
warga. Tak jarang jadwal kedatangan petugas kebersihan sampah molor hingga
berminggu-minggu. Sehingga mengakibatkan sampah menggunung sampai banyak.
Kebijakan pemerintah yang masih kurang dengan memerhatikan keberadaan tumpukan
sampah, membuat warga masyarakat tidak ikut berperan aktif dalam menjaga
lingkungan. Kurang tanggapnya pemerintah dalam menangani masalah tumpukan
sampah disekitar pantai.
Warga Rembang
yang jorok dan kurang memiliki kesadaran akan kebersihan lingkungan, membuat
lingkungan warga sekitar pantai menjadi kotor. Warga Rembang hanya mengandalkan
tanggungjawab dari pemerintah semata akan kebersihan lingkungan. Kurangnya
kemandirian dan keaktifan masyarakat Rembang untuk membersihkan adanya sampah
yang menggunung terlalu lama dan hanya menunggu kedatangan dari petugas
kebersihan untuk membersihkan sampah. Masih banyak warga yang kurang peduli
terhadap keberadaan sampah yang menggunung, masyarakat juga bingung dan resah
dalam menangani keberadaan tumpukan sampah.
Sebaiknya
masyarakat kota Rembang harus bisa menjaga kebersihan lingkungannya. Dengan
cara membuang sampah pada tempatnya. Agar tidak terlalu banyak tumpukan sampah
dan juga tidak menyebabkan wabah penyakit. Apabila tumpukan sampah yang
menggunung dibersihkan akan membuat lingkungan menjadi bersih, rapi, indah,
nyaman dan bau menjadi lebih sedap. Juga tidak akan mengganggu lalu lintas
jalan apabila sudah tidak ada sampah yang berserakan.
Setiap hari,
apabila ada tumpukan sampah hendaknya segera dibersihkan agar tidak terlalu
menggunung. Sebagai warga Rembang, sebaiknya jangan menggantungkan petugas
kebersihan yang membersihkan tumpukan sampah setiap seminggu sekali. Pemerintah
Kabupaten Rembang hendaknya ikut berperan aktif dalam menangani masalah
keberadaan sampah yang menggunung. Tanggapnya pemerintah dibutuhkan warga dalam
masalah adanya sampah yang menggunung akan membuat lingkungan bisa kembali
bersih dan tidak ada lagi sampah.
Kesadaran
warga Rembang sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian dan kebersihan
lingkungan. Warga Rembang seharusnya sering mengadakan kerja bakti untuk
membersihkan sampah yang terlalu banyak. Keaktifan masyarakat dalam menjaga
kebersihan lingkungan sangat dibutuhkan untuk mengurangi sampah yang menumpuk
terlalu banyak. Kepedulian warga Rembang juga sangat dibutuhkan untuk membuat
lingkungan warga menjadi bersih, sehat dan bebas penyakit.
Lingkungan
yang bersih dan bebas dari tumpukan sampah akan membuat masyarakat kota Rembang menjadi sehat dan
terhindar dari penyakit. Sehingga perlu kesadaran dari setiap individu akan
kebersihan lingkungan. Sehingga kota Rembang bisa menjadi kota yang bersih,
rapi, indah, nyaman bebas dari wabah penyakit juga bebas dari banjir.
Dialog Bahasa Inggris ( Disbelieve, Surprise, Praissing )
Ana : “ Hallo,
Beno?”
Beno : “ Hi, Ana?
What’s up?”
Ana : “
Congratulations, you got the highest score of english in national exams”.
Beno : “ Really?” I don’t believe it.”
Ana : “ Yes ofcourse,
Beno. I didn’t lie to you.”
Beno : “ Where you
know about the score of english in national exams?”
Ana : “ Hmm...
From someone “.
Beno : “ Who is?
He/she is a teacher?”.
Ana : “ Oh no.
Guessing, please?”
Beno : “ It’s my
friends?”
Ana : “ Yes
ofcourse”.
Beno : “ Who is ? girl
or boy?”
Ana : “ It’s
girl. She is beautiful and smart girl in my class.”
Beno : “ Ohh, she
is Lala”.
Ana : “ It’s
true. I’m proud of you. You're so smart”.
Beno : “ Thanks Ana
“. Please, don’t be over praissing
me.”
Ana : “ Come
with me to class, please?”
Beno : “ It’s
okey”.
Ana : “ Surprise “.
Beno : “ Oh My God,
this is the happiest surprise of my life. Thank you Ana, you’re my best
friend.”
Ana : “ You’rewelcome,
Beno.”
Langganan:
Postingan (Atom)